Browsing Internet dengan kecepatan yang tinggi pasti sangat menyenangkan, berbagai cara dilakukan untuk mempercepat koneksi internet baik menggunakan software agar koneksi internet menjadi lebih cepat maupun menggunakan settingan tertentu yang diklaim bisa mempercepat koneksi internet. Disamping juga kualitas jaringan sangat menentukan. Hadirnya teknologi 3.5G atau HSDPA turut andil dalam mempercepat koneksi internet.

Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat digunakan untuk mempercepat koneksi internet :
A. Menggubah setting bandwith pada windows (Hanya kami uji pada Windows XP)

Pada dasarnya OS windows sudah membatasi bandwidth untuk koneksi internet sebanyak 20% dari total bandwidth yang seharusnya bisa maksimal, jika netter ingin menambah bandwidth internet supaya koneksinya terasa lebih cepat dan kencang bisa dengan cara mengurangi atau mengosongkan batasan bandwidth tersebut supaya pada Windows kita bisa maksimal dalam menggunakan bandwidth yang sudah ada.

Ikuti petunjuknya seperti dibawah ini :

1. Klik Start
2. Klik Run
3. Ketik gpedit.msc
4. Kemudian klik Ok
5. Setelah masuk klik (buka) Administrative Templates
6. Kemudian klik (buka) Network
7. Setelah terbuka klik QoS Packet scheduler
8. Kemudian klik Limit Reservable Bandwidth
9. Dan setelah terbuka ubah setting menjadi Enable
10. Kemudian ubah Bandwidth Limitnya menjadi 0
11. Klik Apply, dan terus Ok
12. Kemudian keluar dan Restart komputer

B. Pakai browser Google Chrome atau Apple Safari

Versi terbaru dari browser Chrome dan Safari sangatlah cepat bila dibandingkan dengan Firefox ataupun Internet Explorer (sudah dicoba dan terbukti memang jauh lebih cepat). Saran saya pakailah Google Chrome karena selain cepat, Chrome lebih aman dibanding dengan Safari, walau dalam beberapa hal Safari kadang lebih cepat dari Chrome.

Kalau netter sudah terbiasa memakai Firefox dan tidak ingin beralih ke browser lagi, bisa tambahkan Add-on “Adblock” untuk memblok iklan, gambar, dan flash yang aktif. Ada beberapa Add-on lagi dari Firefox seperti NoScript yang bisa mempercepat akses internet, tapi sayangnya kalau kebanyakan Add-on justru, kadang malah memperlambat akses dari browser Firefox sendiri.

C. Perbesar cache browser hingga 5% dari kapasitas Harddisk atau 1 – 2 GB

Cara ini terbukti efektif untuk mempercepat akses browser. Logikanya adalah browser tidak perlu tiap kali loading gambar dan tetek bengeknya segala setiap kali berkunjung ke situs yang sudah pernah dikunjungi, karena kalau situs sudah pernah dikunjungi akan otomatis di-cache oleh browser.

Cara ini hanya berlaku jika kapasitas harddisk netter cukup besar. Pada umumnya masing-masing browser ada yang bisa diset kapasitas cachenya, ada yang otomatis. Jika browser netter tidak ada pilihan set cache, artinya netter jangan sering-sering (atau tidak perlu) clear history di browser.

(sumber:ketok.com)

Almost exactly a year after the last release, the latest version of Firefox, the world’s second most used browser, arrived today in over 70 languages, and it’s already spreading like wildfire to users around the globe. Firefox (Firefox) 3.5 has some notable improvements over its predecessor, though many of them, such as support for native JSON and web worker threads, are geared toward developers.

Still Firefox 3.5 is well worth the upgrade for the many improvements and additions that will directly affect your web browsing experience. Below is a list of the top 5 new features in Firefox 3.5. Let us know in the comments what you’re most looking forward to in the new browser.

1. New JavaScript Engine: TraceMonkey
Perhaps the most hyped new feature in Firefox 3.5 is the addition of its brand new JavaScript engine called TraceMonkey. The new engine promises performance improvements when running heavy JavaScript web applications and pages, such as Google Docs (Google Docs) or Meebo (Meebo). JavaScript speed is hugely important as more and more people are relying on web apps to get things done.

2. Location Aware Browsing
One of the neatest new things in Firefox 3.5 is its support for location aware browsing. Essentially, you can grant Firefox the permission to figure out where you are based on your IP address and nearby wireless access points, which the browser can then relay to web sites in order to provide you with a more personalized browsing experience.

3. Support for HTML 5 and Downloadable Fonts
A lot of the new stuff in Firefox 3.5 is support for new web technologies that only web developers will really geek out on. But some of those new technologies, like HTML 5 and the CSS @font-face rule, will have a noticeable positive effect for users.

HTML 5, for example, includes audio and video elements that allow developers to embed media directly into HTML pages in a similar way that can now be achieved with browser plugins like Flash. Currently, Firefox 3.5 supports HTML 5 audio and video with Ogg Theora, Ogg Vorbis, and WAV formats. Firefox 3.5 also offers support for the canvas element in HTML 5 that lets developers create scriptable bitmap images — or in other words: animations. Check out the Canvas Demos site for a taste of the cool things possible with canvas.

The CSS @font-face rule, meanwhile, lets designers link fonts to web pages using CSS. That means that web designers can create pages that go beyond the limited “web-safe” fonts, which opens up the possibility of web page designs that use any font, regardless of whether it is installed on the viewer’s system.

4. Fun with Tabs and Windows
Since Firefox 3.0, users have been able to recover recently closed tabs by pressing ctrl+shift+T. But that implementation was fairly limited — it only opened the last closed tab, and it didn’t apply to accidentally closed windows. Firefox 3.5 adds two new items to the History menu: Recently Closed Tabs and Recently Closed Windows. They do just what they sound like they’d do: they let users choose from a list of recently closed tabs or windows and reopen them.

Another new tab related feature of Firefox 3.5 is tab tearing, which also exists in Google Chrome (Google Chrome). Tab tearing lets you rip a tab out of the current window into its own dedicated window — it sort of works in reverse as well, if you move the last tab in a window back into a collection of tabs, the window disappears. You can’t merge a window with multiple tabs into another, though, unless you do it one tab at a time.

5. Private Browsing
One of the few areas where Firefox is playing catch up is private browsing. It’s a new feature in Firefox 3.5, though it has already been available in Chrome, Safari, and even Internet Explorer (Internet Explorer).

In private browsing mode, Firefox doesn’t save your browsing, search, download, or web form histories, or your cookies, or temporary Internet files. Remember, though, that private browsing doesn’t mean anonymous browsing — your ISP might still have a record of where you’ve been, and if you log into any sites, they might still have a record of who you are and when you were there.

When you first start private browsing mode, Firefox hides all open tabs and saves them for later. It’s a little scary to see all your tabs disappear the first time you use it — I didn’t read the warning Firefox gives, so nearly panicked thinking that Firefox had restarted and I’d somehow lost all my open tabs (which contained a lot of research for this post).

Firefox 3.5 also includes a bit of retroactive private browsing as well, in the form of the new “Forget About This Site” history command, which tells Firefox to erase that site from your browser history. It doesn’t accomplish much, but it makes it easy to erase a specific site from your history without having to erase the entire thing. Firefox also offers Google Chrome-esque history management options by allowing you to set a time range when you clear history items like your browsing, download, and form history, or your cache or cookies. You can choose to only erase new information saved from the last hour, two hours, four, or full day of browsing, or erase everything.

Demand untuk koneksi internet murah di kota Batam semakin meningkat akhir-akhir ini. Jaringan wireless semakin menjamur dengan semakin banyaknya pendirian Akses point di berbagai tempat. Dengan tersedianya layanan internet murah banyak orang menjadi lebih terpacu untuk menggunakannya, sehingga mendapat nilai lebih seperti meningkatkan pendapatan melaluii bisnis online, mencari uang di Internet melalui program refferal, blogging dan lain sebagainya. Menyikapi hal ini, aku berinisaiatif untuk merakit sendiri wajan bolic dan memasarkannya di daerah Batam ini. Selengkapnya baca di sini.

Siapa yang tidak mengenal sepak bola di negeri seperti negeri kita Indonesia tercinta ini. Ya, Diantara seluruh jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa ini mengenal sepak bola, terutama kaum lelakinya. Sepak bola, sebuah cabang olah raga yang begitu merakyat di seantero negeri ini. Cabang olah raga yang pada Olimpide Beijing beberapa saat lalu dijuarai oleh Argentina. Hampir di setiap penjuru negeri terdapat lapangan sepak bola, yang selalu ramai orang bermain setiap sore harinya. Ironisnya, kondisi semacam ini tidak berbanding lurus dengan prestasi sepakbola kita dikancah internasional. Tim nasional Indonesia selalu loyo dikancah internasional. Tak tahu kenapa, mungkin karena kebanyakan kita bermain sepakbola hanya untuk permainan saja. Entahlah, karena kali ini bukan masalah itu yang ingin aku bahas. Baca selengkapnya di sini

OpenSuse 11.0 adalah versi stable distro terbaru yang dirilis oleh proyek OpenSuse. Proyek ini merupakan community project yang disponsori oleh Novell. Dengan tujuan untuk memasyarakatkan Linux, program ini berisi kumpulan free software dalam sebuah distribusi Linux yang komplit dan siap pakai, terutama sebagai sebuah desktop environment baik bagi kalangan newbie maupun expert.

Berbasis kernel linux versi 2.6.25.5, OpenSuse 11.0 mengusung KDE 4.0 sebagai default window manager. Sebenarnya KDE 4.0 sudah cukup baik dalam konteks eye candy, namun masih bunyak bugs yang kadang sering menimbulkan crash pada beberapa aplikasi. Baca selengkapnya di sini.

selama ini untuk koneksi ke internet aku menggunakan jaringan wireless dari AP (Akses Poin) yang beberapa bulan kemarin aku bangun bersama temen di kompleks perumahan Griya Prima Aviari. Jarak AP tersebut dari rumahku hampir mencapai 1,5 KM. Aku menngunakan Google earth untuk mengukur jarak tersebut. Untuk alat penerima wifi ini aku menggunakan wajan bolic spesial buatanku sendiri. Sinyal yang aku dapat termasuk cukup bagus. Aku menggunakan TPLINK TL-WN322 sebagai wireless USBnya, dan dapat sinyal strength antara 57% sampai 62% sementara link qualitynya selalu diatas 85%. Baca selengkapnya di sini.

Banyak diantara kita kaum pekerja yang membayangkan betapa enaknya seandainya kita bisa menjadi boss dari sebuah usaha. Kerja bisa senaknya, mau berangkat telat nggak ada yang marah-marah, mau istirahat lama-lama tidak sungkan sama atasan dan lain sebagainya.

Namun apakah memang seperti itu keadaannya. Aakah semua khayalan itu akan menjadi kenyataan seandainya kita benar-benar menjadi pengusaha. Benarkah kalau kita datang telat tidak ngaruh apa-apa? Ternyata tidak juga.

Beberapa orang pengusaha yang sempat saya temui, ternyata memiliki pandangan lain yang ternyata berlawanan dengan anggapan para pekera. Justru mereka menganggap bahwa lebih enak menjadi pekerja. Mereka tidak bisa seenaknya saja datang telat atau mengulur kesepakatan dengan klien. Karena itu akan berdampak negatif bagi kelangsungan usahanya.

Yah.. memang susah. Benar adanya peribahasa yang mengatakan rumput halaman rumah tetangga kelihatan lebih hijau dari rumput di halaman rumah sendiri. Kalau istilah orang jawa adalah “wang sinawang”. Kita akan selalu memayangkan sesuatu yang lebih baik ada pada orang lain dari pada apa yang kita terima.

Namun semua itu kembali pada pribadi masing-masing. Banyak ustadz yang mengatakan bahwa kuncinya adalah syukur. Kita harus mensyukuri apa yang ada pada kita dan semua akan terasa nikmat.

WLAN (Wireless LAN) atau yang lebih dikenal sebagai WiFi (Wireless Fidelity) adalah salah satu metoda jaringan komputer yang menggunakan pancaran gelombang radio sebagai media sambungannya. WiFi bekerja pada band ISM (industrial, scientific and medical ) dengan frequensi 2,4GHZ. Pembagian channel tergantung dari regulasi negara masing masing, ada yang mengijinkan sampai 11 channel saja misal USA dan sekitarnya, atau 13 channel di daerah eropa, atau 14 channel yaitu di Jepang.

Sebuah jaringan akses internet dengan teknologi WiFi terdiri atas dua lapis hardware, yaitu satu lapis untuk akses poin dan satu lagi untuk klien.
Untuk akses point sendiri terdiri dari beberapa perangkat, diantaranya (untuk model konfigurasi paling sederhana) adalah sebuah modem, perangkat radio untuk akses poin, POE (optional), pigtail, antena dan anti petir (optional).

Menyusul berdirinya akses poin Einstein.NET, maka selama masa evaluasi jaringan pihak pengelola mengambil kebijakan untuk membuka akses poin ini untuk umum. Jadi siapa saja yang bisa menangkap sinyal Wifi dengan SSID Einstein.NET akan mendapatkan akses ke dunia maya / internet secara cuma-cuma alias gratis.
Untuk ikut menikmati layanan ini, Anda cukup memberikan MAC address dari perangkat penerima radio Anda selanjutnya pihak pengelola akan menukarnya dengan kata kunci untuk bisa “connected” dengan jaringan Einstein.NET dan berselancar ke dunia luar. Program ini dijadwalkan akan berakhir pada tanggal 1 April 2008.
Pendaftaran bisa lewat jalur blog ini atau japri lewat email di amrojabatgmaildotcom.

Satu Maret 2008, resmi berdiri sebuah station untuk titik akses internet dengan jaringan nirkabel di daerah perumahan Griya Prima Batu Aji Batam. Kami beri tanda akses poin ini dengan SSID Einstein.NET. Berdirinya akses poin ini menambah deretan nama akses poin lainnya yang telah lebih dulu berdiri dan exist di kota Batam umumnya dan di Batu Aji khususnya. Tujuan dari pendirian akses poin ini yang utama adalah untuk uji kemampuan dan nyali diri sendiri alias praktikum, yang kemudian mungkin bisa membawa manfaat bagi masyarakat sekitar berupa akses internet yang cukup murah, dan tentunya efek dri kedua hal itu adalah sedikit menambah isi dompet.

Setelah beberapa minggu membangun opini di lingkungan tempat kerja, akhirnya dapat juga kawan yang satu visi untuk secara patungan mengumpulkan modal guna mendirikan akses poin ini. Kebetulan kompleks tempat tingal dia kalau dilihat secara fisik cukup cocok untuk berdirinya sebuah akses point. Lingkungan yang strategis dengan rata-rata penghuni kelas menengah dan “melek” teknologi.

Tentang wiresless networking khususnya WIFi sendiri sebenarnya adalah barang baru bagiku. Mulanya aku mendengar istilah WiFi ini dari rekan sekerja yang sudah lebih dulu bergelut dengan dunia wireless networking. Pertama mendengar istilah ini aku hanya ngambil sikap cuek-cuek saja. Namun setelah dipikir-pikir sepertinya asyik juga bisa jadi administrator untuk jaringan lokal. Kemudian dengan semangat yang bagaikan anak usia duapuluhan, aku kumpulkan beberapa referensi dari internet yang membahas tentang dunia wifi dan macem-macemnya. Akhirnya setelah dua minggu bersibuk-sibuk ria mulai dari pmemesanan perangkat radio, antena beserta tiang dan mounting antena, tepat pada tanggal 1 Maret 2008 beridirilah Einstein.NET, projek pertamaku di bidang wireless networking.